TANGERANG, BNR — Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, Provinsi Banten
masuk dalam 10 besar provinsi dengan inflasi tertinggi pada awal Januari
2025. Hal ini diakibatkan oleh tingginya harga beberapa komoditas,
termasuk emas dan rokok.
Pj Gubernur Banten A Damenta mengatakan, saat ini inflasi Banten mencapai
1,88 persen, inflasi tersebut lebih tinggi rata-rata nasional yang hanya
mencapai 1,5 persen. Hal ini juga menempatkan Banten pada urutan 9 sebagai
provinsi dengan inflasi tertinggi se nasional, atau berada diatas Papua
Barat Daya yang ada di urutan 10 dengan inflasi 1,87 persen.
“Inflasi Banten masuk 5 besar (10 besar-red), ni tentu berkautan dnegan
komoditas yang berada di lapangan, seperti cabai merah keriting, cabai
rawit, telur dan daging ayam ras,” katanya usai mengikuti Rapat Inflasi
secara virtual bersama Kemendagri di Pendopo Gubernur Banten, Senin
(6/1/2025).
Dengan tingginya inflasi Banten, maka Pj Gubernur Banten akan melakukan
rapat koordinasi daerah (Rakorda) bersama Pemerintah Kabupaten/kota se-
Provinsi Banten untuk menindaklanjuti dan mengetahui penyebab terjadinya
inflasi.
“Kita akan lihat potensi inflasinya yang tinggi dan bagaimana
permasalahannya, misalnya kemarin saya mendampingi Mendagri bersama Wali
Kota Tangerang. Kita akan mengadakam rakor bersama BI dan nanti kita
lakukan langkah-langkah konkrit untuk menekan inflasi,” terangnya.
Dikatakan Damenta, pihaknya akan menggerakkan semua yang berkaitan dengan
pangan, seperti memanfaatkan lahan-lahan agar tidak terus bergantung
dengan daerah lain, dalam penyediaan stok komoditas pangan.
Kepala Tim Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Provinsi Banten, M
Lukman Hakim mengatakan, meski Banten masuk dalam inflasi tertinggi secara
nasional namun itu masih masuk dalam target yakni sebesar 2,5 persen.
“Secara capaian masih dalam target sehingga itu relatif lebih aman dan
lebih baik dibandingkan dengan tahun lalu 3,06 persen,” katanya.
Menurutnya, penyumbang terbesar inflasi di Banten yakni emas yang baik
secara signifikan. Sebab jika dibandingkan dengan bahan pokok komoditas
itu relatif terkendali.
“Contohnya cabai, cabai itu secara tahunan deflasi turun harganya, beras
juga turun jadi lebih ke komoditas yang harganya diluar kendali TPID,
seperti emas, rokok itu penyumbang inflasi di Banten dan seluruh
indonesia,” ungkapnya.
Menurut Lukman, tingginya harga cabai ini juga lantaran produksi cabai di
daerah belum memenuhi kebutuhan masyarakat, dan hanya mencapai 10-20
persen.(*)
No Comments